A. Sejarah
Munculnya Metode Qiro’ati
Berawal dari panggilan hati Ustadz
H. Dachlan Salim Zarkasyi sebagai
seorang Muslim untuk mengajar ngaji kepada
anak-anaknya sendiri dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar
ngaji pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar ngaji dengan
menggunakan Kitab (Metode/Kaidah
Baghdadiyyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di Indonesia.
Namun ternyata dalam mengajar kitab
Turutan ini beliau merasa kurang puas karena tidak diperoleh dari hasil yang
memuaskan. Di mana anak cenderung hanya sekedar menghafal dan tidak memahami
masing-masing huruf, sehingga anak tidak mampu membaca mandiri, tetapi harus
selalu dituntun dalam membaca al-Qur’an.
Dari rasa tidak puas dengan Kitab
Turutan ini, timbul gagasan pemikiran bagaimana cara yang lebih mudah/praktis
dan berhasil dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk itu beliau mencoba membeli buku-buku yang katanya
praktis dan memudahkan orang belajar membaca al-Qur’an. Sebelum diajarkan
kepada anak didiknya, beliau teliti dan dipelajari terlebih dahulu, ternyata
tidak ada satupun buku yang berkenan dihati beliau, karena dalam buku-buku
tersebut hanya diajarkan sekedar dapat membaca huruf-huruf al-Qur’an dan tidak
akan dapat menghasilkan anak dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Atas saran dua orang ustadz, yakni
ustadz Ahmad Djunadi dan ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi nama “Metode
Qiro’ati”, yang berarti ‘inilah bacaanku yang tartil (membaca al-Qur’an)’.
Metode Qiro’ati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yakni huruf-huruf yang
berharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta
langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis, bukan teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasyi dengan metode
Qiro’atinya, pada tahun 1970-an, H.Dja’far seorang ulama dari Semarang,
mengajak sowan kepada KH. Arwani, AH. Kudus untuk menunjukkan buku Qiroatinya.
Dan Alhamdulillah setelah diteliti dan dikoreksi mendapat restu
beliau. Maka sejak saat itu buku Qiroati mulai dikenal dan dipakai oleh para
guru ngaji di kota Semarang dan sekitarnya.
Pada bulan Mei 1986, beliau diajak
oleh salah seorang wali muridnya, yakni Bapak Sugito untuk silaturrahmi ke Pondok Pesantren Al-Qur’an Anak-anak (usia
4-6 tahun), “Manbaul Hisan”, di Sidayu, Gresik, Jawa Timur, beliau menyaksikan
secara langsung Kegiatan belajar mengajar ilmu baca al-Qur’an di pondok
tersebut. Beliau merasa kasihan kepada anak-anak yang masih berusia muda (4-6
tahun) terpisah dari kedua orangtuanya, padahal mereka masih membutuhkan
belaian kasih sayang dari kedua orangtuanya. Selain itu, beliau mendapati bahwa
anak-anak dalam membaca al-Qur’an masih kurang tartil.
Dari hasil kunjungan tersebut,
beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan
membaca al-Qur’an. Sepulang dari Gresik, selama sebulan tepatnya di bulan
Ramadhan tahun 1407 H, ustadz. H .Dahlan Salim Zarkasyi, menyusun kembali buku Qiro’ati untuk usia taman
kanak-kanak yang diambil dari Qiro’ati
10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6
tahun pada tanggal 1 juli 1986. Inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia.
Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi
Taslim, TKQ tersebut diberi nama
“Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan,
mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca al-Qur’an. Pada hari
pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam
rumah Ir. Abdullah di Kampung Wotprau 77 Semarang. Setelah berjalan kurang
lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak. Proses belajar mengajar
berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB.
Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun baru
mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz. Setelah 7 bulan diluar dugaan target yang
semula 4 tahun ternyata dalam 2 tahun sudah mengkhatamkan 30 juz. Tepatnya 1
Juli 1988 telah mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz sebanyak 20 anak, khatam dengan
bacaan tajwid dan ghorib.
Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin
ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat
berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di Negara tetangga mulai berdiri
pula TKQ dengan menggunakan metode Qiraati seperti Malaysia, Serawak,
Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
B. Pengertian
Metode Qiro’ati
Metode
qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Metode Qiroati
merupakan metode yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang ada di
Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun
pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum disusun
secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak
disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
Berasal
dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca
al-qur'an seperti metode Iqro', metode An-Nadliyah, metode Tilawaty, metode
Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari
6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK),
dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah
diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C.
Karakteristik
Qiro’ati
a. Visi
Qiraati
Membudayakan
Membaca al-Quran dengan Tartil
b. Misi
Qiraati
1) Mengadakan
pendidikan al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran
dari segi bacaan yang tartil
2) Menyebarkan
ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi
lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh koordinator
3) Mengingatkan
para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran
4) Mengadakan
pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan
pengajaran al-Quran
5) Mengadakan
Tashih untuk calon guru dengan obyektif
6) Mengadakan
bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih
7) Mengadakan
tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh
koordinator
Menunjuk atau memilih koordinator,
kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah.
Memotivasi parakoordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan
petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari
keridlaan-Nya.
Ciri-Ciri
Qiraati
1) Tidak
di dijual secara bebas
2) Guru-guru
lewat tashih dan pembinaan
3) Kelas
TKP/TPQ dalam disiplin yang sama.
D.
Tujuan
Metode Qiro’ati
Dengan adanya tashih bacaan
Al-Q ur‟an bagi calon pendidik Taman
Kanak-kanak Al-Q ur‟an, maka dapat disimpulkan tujuan metode qiroati, antara lain:
a. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Q uran dari segi bacaan yang
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b. Menyebarluaskan Ilmu bacaan
Al-Qur‟an
Adapun Hadits Nabi yang menyebutkan:
Artinya: ”Sesungguhnya
Al-Qur’an itu jamuan Allah SWT, pelajarilah jamuan-Nya itu semampumu”.
(Muttafaqun ‟Alaih)
c. Memberi peringatan kembali kepada pendidik ngaji agar
lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur‟an.
d. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur‟an. Dengan adanya
tashih diharapkan hasil dari pendidikan
Al-Qur‟an kualitasnya
akan
terjamin
dengan baik dan
akan
menjadikan anak
didik bukan hanya sekedar bisa membaca Al-Qur‟an
saja.
E.
Prinsip-prinsip
Dasar Metode Qiro’ati
Demi
lebih efektif dan efisiennya metode Qiroati, prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh ustadz/dzah dan santri adalah:
a. Prinsip
yang harus dipegang oleh guru
1) Daktun
(tidak boleh menuntun)
Dalam
hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok
pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai
dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan
memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
Teliti
artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele.
Waspada
artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan
ada rasa sambung dari hati ke hati.
Tegas
artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak
boleh banyak toleransi, ragu-ragu atau pun segan, penilaian yang diberikan
benar-benar obyektif.
b. Prinsip
yang harus dipegang oleh santri
1) CBSA+M : Cara
Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi
dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tetntang bacaan Al-Qur’annya.
Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, monivator dan evaluator saja.
Menurut
Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu dipertimbangkan
untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara individual. Dalam hal
ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara
aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi
juga gurunya.
2) LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
Lancar
artinya bacaannya tidak ada yang mengulang-ulang. Cepat artinya bacaannya tidak
ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai
denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya.
Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
F.
Kelebihan
dan kelemahan Metode Qiro’ati
Adapun kelebihan dari metode Qiro‟ati antara lain:
a. Sebelum mengajar metode qiroati para pendidik harus di tashih terlebih dahulu karena buku
qiroati
ini
tidak diperjual belikan
dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
b. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
c. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk pendidik
dan anak didik.
d. Setelah ngaji qiro‟ati anak didik menulis bacaan yang sudah
dibacanya.
e. Pada metode ini setelah hatam 6 jilid meneruskan lagi bacaan-bacaan ghorib.
f. Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan, jadi dalam
membaca yang pendek dibaca pendek.
g. Jika anak didik sudah
lulus
6
jilid
beserta ghoribnya,
maka
ditest
bacaannya kemudian setelah itu anak didik mendapatkan syahadah.
G.
Metode
Penyampaian Qiro’ati
a.
Kunci-kunci
Pengajaran Metode Qiro’ati
i) Praktis
Artinya
: langsung (tidak dieja) Contoh : َب َأ baca,
A-BA (bukan Alif fatha A, Ba fatha BA), dan dibaca pendek. Jangan di
baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
ii) Sederhana
Artinya
: kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami,
cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif.
Cukup katakan : Perhatikan ini ! َب Bunyinya
= BA
Cukup
katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan
pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau
dibelakang”, contohnya seperti : ﻩـ - ـﻩـ / َم – م
Cukup
katakan : semua sama bunyinya, bentuknya
memang macam-macam. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana
anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena
itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak.
Sederhana saja !
iii) Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum
Bisa Lancar
Mengajar
Qiroati tiudak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit sal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa
dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap
anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab
pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung
dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak
mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin
dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu sendiri, semakin
tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan
insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang
mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh
karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan
mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.
iv) Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah
kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum
bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan
suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan
memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi
suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroaty dalam bentuk berjilid,
karena seara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru
pula.
Kenaikan
kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar
pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam
kelas akan malu dengan sendirinya.
v) Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang
guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang
pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa
dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap
pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan
anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang
ada.
Apabila dengan sangat terpaksa guru harus
dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini
pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif).
vi) Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak
lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru
diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru
dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan
salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus
menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca
salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti.Kewaspadaan inilah
cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mnegajar
tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau
tidaknya guru mendengar
anak baca salah.
vii) Driil (bisa karena biasa)
Metode
drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara khusus menggunakan
metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan
Biarpun
tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah dengan metode drill ini
semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya.
Selain
metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa
macam strategi.
viii) Strategi mengajar secara umum (global)
1. Individual
atau privat
Santri
bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan
kemampuannya
2. Klasikal-individual
sebagian
waktu digunakan guru untuk menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal
sekedar 2 atau 3 halaman. Dan sebagian lagi untuk individual
3. Klasikal
baca simak
Strategi
ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimakk bacaan Al-Qur’an orang
lain.
ix) Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar
kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat berjalan dengan baik sehingga
tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Guru
harus menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri
sampai semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
2. Pelaksanaan
pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a
harian, bacaan sholat, do’a ikhtitam
atau hafalan-hafalan lainnya).
3. Usahakan
setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
4. Wawasan
dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana
yang ada.
5. Perhatian
guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang
lainnya.
6. Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat
penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika
ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka guru harus tetap membujuknya
dengan sedikit pujian.
7. Motivasi
berupa himbauan dan pujian sangat
penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi, diancam
atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis,
didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
8. Guru
senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ.
Jangan cepat merasa puas.
9. Jaga
mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
10. Idealnya
untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a. Pra
Taman Kanak-kanak : 10 anak
b. Jilid : 15 anak
c. Jilid
II – Al-Qur’an : 20 anak
Masing-masing dengan seorang guru.
11. Agar
lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat-alat peraga dan
administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa,
Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan
lain-lain.
b.
Pokok-pokok
Pelajaran Qiro’ati
• Jilid I
Hal. Pokok Pelajaran
Ø 1-28 Pengenalan baca َي - َا
dengan dua atau tiga kelompok huruf, cara
bacanya cepat dan tepat, tidak boleh panjang, lambat atau putus.
Ø 31 Ini ث َت َبَ
ini juga َﺚ َﺘ َﺑ
Ø 32 Ini َج ini juga ـَﺟ
Ø 33 Iniَس
ini juga ـَﺳ, ini ـَﺷ
Ø 34 Ini َصini
juga ـَﺻ , Ini ـَﺿ
Ø 35 Ini َع ini juga ـَﻋ , ini
ـَﻏ
Ø Ini
َل َ ع َج ini juga َﻞ َﻌ َﺟ, ini َغ َل َب
ini juga َﻎ َﻠ َﺑ
Ø 36 Ini َك ini juga ـَآ
Ø 37 Ini َن ini juga ـَﻧ
Ø 38 Ini َﻩ ini
ـَﻬـ ini َﻪ ـ ini jugaـَه
Ø 49 Ini َء ini َأ ini ئـ ini َؤ ini juga َئ
Ø 40 Ini َي Ini juga َ يـ
• Jilid II
Hal.
Pokok Pelajaran
1. Coret
diatas namanya Fathah bersuara A, coret
dibawah namanya kasroh bersuara I bukan e.
6. Harokat
seperti koma (ُ )namanya dhummah bersuara u bukan o
11. Coret
dua diatas ( ً )
namanya fathahtain atau fathah tanwin bersuara “an”
12. Coret
dua dibawah ( ٍ )
namanya kasrohtain atau kasroh tanwin bersuara “in” bukan “en”
16. Harokat
seperti koma berekor (ٌ ) namanya
dlummahtain atau dlummah tanwin bersuara “un” bukan “on”
20. Ini
ٌة ini ٌﺔ ـ ini juga ٌة
23. Setiap
fathah diikuti alif dibaca panjang
33. Setiap
fathah berdiri dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
36. Setiap
kasroh diikuti ya sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
40. Setiap
dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif
42. ال م ال ر
ال م ر ال م
ص namanya : huruf fawaatichus suwar.
• Jilid III
Hal.
Pokok Pelajaran
1. Setiap
dlummah diikuti wawu sukun ada alif atau tidak ada alifnya dibaca sama
panjangnya.
2. Fathah
berdiri, kasroh berdiri dan dlummah terbalik, dibaca sama panjangnya.
4. Setiap
lam sukun suaya ditekan membacanya.
6. Setiap
alif lam sukun dibaca seperti lam sukun.
10. semua
huruf bersukun supaya ditekan membacanya.
18. Dihalaman
ini fawaatichus suwar dibaca sesuai huruf
aslinya (belum bertajwid)
19. Dlummah
diikuti wawu sukun dibaca panjang bersuarau “uu” fathah diikuti wawu sukun
dibaca pendek bersuara “AU” bukan AO
25. Baca ْم (mim sukun) Am Im Um, ْس (sin sukun) As Is Us, dan seterusnya.
26. Setiap
membaca “Alif Lam Sukun Alif Fathah” supaya berhati-hati.
27. Fathah
diikuti wawu sukun dibaca pendek, bersuara “AU”
bukan AO
30. Fathah
diikuti ya sukun juga dibaca pendek bersuara “AI” bukan AE
31. Ra
sukun didahului fathah atau dlummah dibaca tebal (mecucu) Ra sukun didahului
kasrah dibaca tipis (mencibir).
35. Setiap
membaca hamzah sukun – ‘Ain sukun supaya berhati-hati.
37. bawah
garis dibaca seperti halaman 25
• JILID IV
Hal.
Pokok Pelajaran
1. Setiap
nun sukun harus dibaca dengung
3. Cara
membaca fawaatichus suwar ada empat :
~ Dibaca sesuai huruf
aslinya
~ Dibaca menurut
tajwidnya
~ Dibaca menurut
hrokatnya
~ Dibaca tanpa pputus
suaranya
5. Setiap
tanwin harus dibaca dengung seperti dengungnya nun sukun.
7. Setiap
ada tanda layar diatas, supaya dibaca panjang 21/2 alif atau lima harokat.
12. Setiap
nun bertasydid harus dibaca dengung yang lama
13. Setiap
mim bertasydid harus dibaca dengung yang lama
19. Setiap
huruf bertasydid selain mim dan nun membacanya harus ditekan
23. Setiap
Alif Lam di ikuti huruf bertasydid, maka alif lamnya tidak dibaca.
25. Dlummah
diikuti wawu tak bersukun dibaca pendek
30. Semua
mim sukun dibaca jelas, kecuali mim sukun bertemu dengan mim harus dibaca dengung
yang lama.
32. Setiap
nun sukun atau tanwin bertemu dengan hruf mum, suaranya berubah menjadi mim
sukun, dan dibaca dengung yang lama disertai bibir terkatub.
36. Setiap
nun sukun / tanwin bertemu lam suaranya ditukar dengan lam sukun dan tidak
boleh dibaca dengung.
39. Setiap
nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ra, suaraya ditukar dengan Ra sukun dan
tidak boleh dibaca dengung.
• Jilid V
Hal.
Pokok Pelajaran
1. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf wawu, suaranya masuk ke huruf
wawu dan dibaca dengung.
2. Setiap
kalimat yang diwaqofkan, huruf terahirnya dibaca mati.
5. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengn huruf Ya, suaranya masuk kehuruf Ya dan
dibaca dengung.
6. Setiap
fathahtain atau fathah berdiriwaqofnya dibaca fathah dan panjang 1 alif.
8. Lafadz
Allah didahului kasroh dibaca tarqiq atau tipis Lafadz Allah didahului fathah
atau dlummah dibaca tafhim atau tebal
11. Sebelum
huruf terahir dibaca panjang waqofnya dibaca panjang1, 2 atau 3 alif
Sebelumhuruf terahir di baca pendek waqofnya dibaca pendek.
12. Nun
sukun atau tanwin bertemu dengan huruf Ba, suaranya berubah menjadi mim sukun
dan dibaca dengung disertai bibir terkatub.
14. Mim
sukun tidak boleh dibaca dengung kecuali mim sukun bertemu dengan huruf Ba,
harus dibaca dengung yang lama.
16. Setiap
Ba sukun, Dal sukun harus dibaca qolqolah atau memantul.
18. Setiap
jam sukunharus dibaca qolqolqh atau memantul
23. Ta
Marbuthoh berkharaokat apa saja, jika diwaqofkan suaranya berubah menjadi Ha
sukun.
24. Setiap
Qof sukun harus di baca qolqolah atau memantul.
28. Setiap
Tho sukun harus dibaca qolqolah atau memantul
34. Setiap ada nun kecil diatas harus dibaca jelas
tidak boleh dibaca dengung.
38. Setiap
ada layar diatas bertyemu tasydid, supaya dibaca 3 alif / 6 harokat.
• Jilid VI
Hal.
Pokok Pelajaran
1. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah tidak boleh dibaca
dengung.
5. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha tidak boleh dibaca
dengung
8. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho tidak boleh
dibaca dengung
12. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, Ain tidak
boleh dibaca dengung
15. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin
tidak boleh dibaca dengung
19. Nun
sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin Ha
tidak boleh dibaca dengung
22. Setiap
ada ILLA (الا), supaya dibaca washol (terus)
Semus tulisan ANA, Na-nya dibaca pendek.
c.
Cara
Mengajar Qiroati
a. Qiroati
Jilid I
·
Materi Pelajaran :
1) Bacaan
huruf-huruf berkharakat fatkhah yang di baca secara langsung tanpa mengeja.
2) Nama-nama
huruf hijayyah; dari Alif s.d Ya
3) Bacaan
huruf berangkai dalam satu suku kata secara lancar
·
Cara mengajar :
1) Cara
mengajar halaman 1 s.d 30 adalah sama. Dibaca langsung ا ب,
tanpa mengeja. Membacanya dengan cepat, tidak putus-putus. Agar siswa cepat dan
lancar dalam membaca, guru bisa membantu dengan irama ketukan. Sekiranya para
siswa belum lancer atau belum faham,
dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
Langkah
pertama : Memberi contoh bacaan ا ب, menunjuk bacaan huruf satu persatu
mulai dari ا yang mudah dahulu,
kemudian بselanjutnya ا ب
secara acak, begitu pula untuk bacaan huruf-huruf yang lain s.d ي, jika perlu.
Langkah
kedua : Jika siswa sudah memahami masing-masing huruf, maka
siswa di suruh mencoba membaca rangkaian dua huruf dan agar lancar membaca
bantulah dengan ketukan.
Langkah
ke tiga : Jika siswa sudah lancer membaca dua rangkaian ,
maka selanjutnya siswa diperkenankan mencoba membaca rangkaian tiga huruf.
Sekali lagi bantulah dengan ketukan.
2) Pelajaran
didalam kotak, baris paling bawah pada setiap halaman adalah termasuk yang
harus dibaca oleh siswa, yakni pelajaran nama-nama huruf hijayyah. Cara
mengajarnya ialah dengan membaca secara berkelompok. Setelah memahami baru
kemudian secara acak ditunjuk satu persatu huruf tersebut.
3) Cara
mengajar dari halaman 31 s.d 40 adalah sama, yakni membaca huruf-huruf yang
disambung. Siswa diminta agar memperhatikan jumlah titik dan letak titiknya,
serta memperhatikanbentuk tulisan hurufnya
4) Pada
halam 44 siswa harus lancer membaca dalam rangkaian kalimat yang terdiri dari
tiga suku kata.
b. Qiroati
Jilid II
·
Materi Pelajaran
1) Membaca
huruf-hurf hijayyah berkharakat : kasroh, dhommah, tanwin (fatkhah, kasroh,
dhommah).
2) Pengenalan
nama-nama kharokt dan engka arab.
3) Bacaan
mad (panjang), yakni mad thabi'I (panjang satu alif atau dua harokat).
·
Cara mengajar
1) Cara
mengajar Qiroati jilid 2 hampir sama dengan jilid satu, untuk bacaan-bacaa
huruf berkharokat kasroh, dhommah dan tanwin, bias dibantu dengan ketukan irama
yang cepat.
2) Pada
bacaan-bacaan mad (panjang), sebaikya boleh dibaca melebihi panjangnya 1 alif
(tingkat bacaan tahqiq, biasa digunnakan dalam belajar mengajar) : hal ini
untuk melatih dan membiasakan pada bacaan panjang.Pada bacaan ini guru harus
lebih waspada dalam menyimak bacaan para siswanya.
c. Qiroati Jilid III
·
Materi Pelajaran :
1) Bacaan
mad thabii yang belium diajarkan di jilid 2.
2) Bacaan
huruf-huruf yang dimatikan (bertanda sukun), antara lain : لdan bacaan
Al Qomariyah, ر م س
perbedaan ء dengan ع dan ف
3) Dengan
mempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, berarti juga sekaligus menunjukkan
makhorijil hurufnya. Selain huruf-huruf sukun yang tersebut di atas, pada
beberapa halaman latihan oleh penyusunnya juga diselipkan beberapa huruf sukun
yang lain yang hamper sama (berdekatan) dengan huruf-huruf sukun di atas,
seperti ت ث ح ص ش
: dan ك
.disini guru dituntut ketelitian dan kewaspadaannya.
4) Bacaan
hafu Lin اي) dan (ا و
·
Cara Mengajar
1) Dalam
mengajarkan bacaan huruf-huruf bertanda sukun, kita harus menjelaskan kepada
siswa bahwa huruf-huruf bertanda sukun harus dibaca jelas dan ditekan
membacanya. Dalam membacanya tidak boleh ada tawallud (suara tambahan.
Berrbunyi "a" seperti ALLE, ASSE dsb) . atau melamakan bunyi huruf
sukunnya. Seperti ALLL, ASSS, dst. Untuk menghindari buyi tawallud, bantulah
dengan ketukan ketika membacanya.
2) Untuk
mengajarkan perbedaan suara dengan guru agar memberikan contoh secara benar
berulang-ulang. Serta melatih da mengingatkan para siswa secara intensif dengan
tepat. Demikian pula untuk makhorijul huruf.
3) Dalam
menerangkan dan memberi contoh bacaan harfu Lin
guru harus hati-hati, misalnya : لول dibaca LAULA (dengan bibir mecucu)
bukan LAOLA dan dibaca dengan cepat, bukan panjang. ليل dibaca LAILA Bukan LAELA dan dibaca dengan
cepat.
d. Qiroati
Jilid IV
·
Materi Pelajaran :
1) Bacaan-bacaan
2) Makharijul
huruf
a. Ikhfa'
haqiqi
b. Mad
wajib dan mad Jaiz (~)
c. Ghunnah
( ن dan م dinaca dengung)
d. Adzhar
Syafawi dan Idghom Mitsli
e. Idghom
Bighunnah (untuk م dan ن)
f. Idghom
Bilaghunnah (ل dan ر) وٌا yang dbaca
pendek. Huruf-huruf bertasydid selain ن
dan م, serta bacaan Asy- Syamsyyah.
3) Cara
membaca huruf-huruf "awalihus
Suwar" (huruf-huruf diawal surat Al-Qur'an). Seperti الم . حم dan
lain-lain.
·
Cara Mengajar :
1) Dalam
mengajarkan bacaan ikhfa' haqiqi, diterangkan bahwa selain ٌ ٍ ً
ْن dibaca dengung (dengungnya ikhfa'). Guru agar berusaha memberikan
contoh dengungnya bacaan ikhfa' dengan benar dan memperhatikan kepada para
siswa. Di sini guru waspada melihat bibir dan lisan para siswanya terutama pada
huruf : ص ط ض ظ ف ق dan ك .
2) Dalam
mengajarkan bacaan fawalihus suwar. Guru harus memberi contoh yang benar dan
selalu mengingatkan mana yang harus dibaca dengung dan mana yang tidak boleh
didengungkan.
3) Dalam
mengajarkan Mad Wajib dan Mad Jaiz, diterangkan bahwa setiap ada tanda ~
Dibaca lebih panjang dari biasanya.
4) Untuk
mengajarkan bacaan ghunnah (dengung), kita terangkan bahwa setiap dan dibaca
dengung yang lama.
5) Sedangkan
untuk semua huruf bertasydid selain ن dan م
harus dibaca cepat dan ditekan membacanya; bias dibantu dengan satu
ketukan. Demikian keterangan : setiap ada
ّ (tanda tasdid) الtidak dibaca.
6) Pada
pokok pelajaran اولئكdietrangkan bahwa
tidak ada tandanya jangan dibaca; dibaca pendek.
7) Dalam
mengajarkan bacaan Idzhar Syafawi dan Idzhom Mitsli, kita terangkan bahwa :
setiap ْم dibaca jelas (tidak
berdengung), kecuali jika bertemu dengan
م harus dibaca dengung.
8) Untuk
mengajarkan bacaan idhom bighunnah (م)diterangkan
setiap ٌ ٍ ً ْن bertemu dengan م dibaca bibir "mingkem" (bibir
mengatup) dengan dengung yang lama.
9) Dan
untuk menganajarkan bacaan Idgom Bilaghunnah
(ر ل) perlu ٌ ٍ ً ْن diterangkan bahwa ٌ ٍ ً ْن bertemu
ل dan ر dibaca ل dan ر
(bertasydid) dengan cepat dan ditekan, jangan sampai dibaca terlalu
lama.
e. Qiroati
Jilid V
·
Materi Pelajaran :
1) Bacaan-bacaan
: Idghom Bighunnah (untuk و dan ي) Iqlab
Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi Lafadz Allah
اللﻩ Qolqolah (beserta makharijul hurufnya) Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi
Idzhar Halqi (dengan tanda ن)
2) Cara
menghentikan bacaan (mewaqafkan bacaan), yakni : Waqaf Mad Aridh lissukun
(waqaf panjang). Waqaf Pendek Waqaf Mad Thabi'I dan Waqaf Mad Iwadh Waqaf ة (ta' marbuthoh)
3) Makharijul
huruf-huruf : ع ﻩ dan ث
4) Mulai
halaman 34, para siswa dapat dilatih membaca surat-surat Al-Qur'an dan latihan
membaca lancar Al-Qur'an Juz 27 terbitan Yayasan Pendidikan Al-Qur'an Roudlotul
Mujawwidin Semarang.
·
Cara Mengajar :
1) Mengajarkan
bacaan Idzhom Bighunnah ٌ ٍ ً
ْن bertemu و dibaca bibir
"mecucu" ("monyong" bahasa Sunda) disertai dengaung yang
lama. ٌ ٍ ً ْن
bertemu ي dibaca bibir nyengingis,
degang yang lama.
2) Mengajarkan
bacaan Iqlab ٌ ٍ ً
ْن bertemu ب dibaca bibir terkatup/bibir
"mingkem", disertai dengan dengan yang lama.
3) bacaan
Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi : Setiap
م dibaca jelas (tanpa dengung),
kecuali jika bertemu م dan ب,
dibaca dengan lama.
4) Untuk
mengajarkan lafadz Allah perlu contoh dan latihan berulang-ulang secara
seksama.
5) Demikian
juga dalam mengajarkan bacaan Qolqolah, guru perlu memberi contoh bacaan yang
benar secara berulang-ulang, dan berusaha agar siswanya dapat membaca qolqolah
secara baik dan benar.
6) Dalam
mengajarkan bacaan Mad Lazim Mutsaqol Kalimi, guru memberi contoh beberapa kali
dengan menerangkan bahwa "jika ada tanda ~ bertemu dengan tsydid dibaca sangat
pajang".
7) Untuk
bacaan Idzhar Halqi (adanya tanda ن ) kita jelaskan "setiap ada tanda ن
" suara nun sukun / Tanwin dibaca dengan jelas (tanpa
dengung).
8) Cara
mengajar menghentikan bacaan (Waqaf) : Waqaf Mad Aridh Lissukun : jika huruf
terakhir didahului و ا atau
ي, maka waqofnya dibaca panjang, bias juga jika sebelum huruf terakhir
dibaca panjang, maka waqafnya dibaca panjang. Selain itu, maka waqafnya dibaca
pendek. Waqaf Mad 'Iwadh : fatkhak
panjang dan fatkhah tanwin waqofnya dibaca panjang 1 Alif.. ة (ta' marbuthaoh) waqofnya dibaca ﻩ
f. Qiroati
Jilid VI
·
Materi Pelajaran :
1) Bacaan
Idzhar Halqi
2) Cara
membacanya : الا yang sebaiknya dibaca
washal / dibaca terus ﻩا ha
panjang dibaca pendek. 3. Mulai jilid 6
ini para siswa dapat dilatih membaca Al-Qur'an dari juz 1
·
Cara Mengajar :
1) Mengajarkan
bacaan idzhar halqi secara bertahab satu persatu kita sentuhkan dan kita
terangkan bahwa "setiap nun sukun / tanwin jika beretemu huruf-huruf غ ع خ ح (ء) اdan ﻩ"
harus dibaca jelas tanpa dengung.
2) Dalam
mengajarkan bacaan الا dan انا guru perlu memberi contoh beberapa
kali. Ketika latihan membaca mushhaf Al-Qur'an, para siswa mulai dilatih
mengatur nafas dalam membaca Al-Qur'an, tanpa adanya tanaffus (mengambil nafas
ditengah-tengah membaca); dengan cara mewaqafkan bacaan jika nafasnya tidak
kuat, dan mengulang bacaan kembali ('ibtida').