Rabu, 11 November 2015

pengenalan Huruf Hijaiyyah dengan Metode Qiro'ati

A.    Sejarah Munculnya Metode Qiro’ati
Berawal dari panggilan hati Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi  sebagai seorang Muslim untuk mengajar ngaji kepada  anak-anaknya sendiri dan anak-anak di sekitar  tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar ngaji pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar ngaji dengan menggunakan  Kitab (Metode/Kaidah Baghdadiyyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di Indonesia.
Namun ternyata dalam mengajar kitab Turutan ini beliau merasa kurang puas karena tidak diperoleh dari hasil yang memuaskan. Di mana anak cenderung hanya sekedar menghafal dan tidak memahami masing-masing huruf, sehingga anak tidak mampu membaca mandiri, tetapi harus selalu dituntun dalam membaca al-Qur’an.
Dari rasa tidak puas dengan Kitab Turutan ini, timbul gagasan pemikiran bagaimana cara yang lebih mudah/praktis dan berhasil dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk itu  beliau mencoba membeli buku-buku yang katanya praktis dan memudahkan orang belajar membaca al-Qur’an. Sebelum diajarkan kepada anak didiknya, beliau teliti dan dipelajari terlebih dahulu, ternyata tidak ada satupun buku yang berkenan dihati beliau, karena dalam buku-buku tersebut hanya diajarkan sekedar dapat membaca huruf-huruf al-Qur’an dan tidak akan dapat menghasilkan anak dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Ahmad Djunadi dan ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi nama “Metode Qiro’ati”, yang berarti ‘inilah bacaanku yang tartil (membaca al-Qur’an)’. Metode Qiro’ati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yakni huruf-huruf yang berharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis, bukan teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasyi  dengan metode Qiro’atinya, pada tahun 1970-an, H.Dja’far seorang ulama dari Semarang, mengajak sowan kepada KH. Arwani, AH. Kudus untuk menunjukkan buku Qiroatinya. Dan  Alhamdulillah  setelah diteliti dan dikoreksi mendapat restu beliau. Maka sejak saat itu buku Qiroati mulai dikenal dan dipakai oleh para guru ngaji di kota Semarang dan sekitarnya.
Pada bulan Mei 1986, beliau diajak oleh salah seorang wali muridnya, yakni Bapak Sugito untuk silaturrahmi ke  Pondok Pesantren Al-Qur’an Anak-anak (usia 4-6 tahun), “Manbaul Hisan”, di Sidayu, Gresik, Jawa Timur, beliau menyaksikan secara langsung Kegiatan belajar mengajar ilmu baca al-Qur’an di pondok tersebut. Beliau merasa kasihan kepada anak-anak yang masih berusia muda (4-6 tahun) terpisah dari kedua orangtuanya, padahal mereka masih membutuhkan belaian kasih sayang dari kedua orangtuanya. Selain itu, beliau mendapati bahwa anak-anak dalam membaca al-Qur’an masih kurang tartil. 
Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca al-Qur’an. Sepulang dari Gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan tahun 1407 H, ustadz. H .Dahlan Salim Zarkasyi, menyusun  kembali buku Qiro’ati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari  Qiro’ati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. Inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama  “Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Ir. Abdullah di Kampung Wotprau 77 Semarang. Setelah berjalan kurang lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak. Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun baru mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz. Setelah 7 bulan diluar dugaan target yang semula 4 tahun ternyata dalam 2 tahun sudah mengkhatamkan 30 juz. Tepatnya 1 Juli 1988 telah mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz sebanyak 20 anak, khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib.
Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an di Indonesia.  Selain itu, di Negara tetangga mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiraati seperti Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
B.     Pengertian Metode Qiro’ati
            Metode qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Metode Qiroati merupakan metode yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
                        Berasal dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca al-qur'an seperti metode Iqro', metode An-Nadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan  (pra-TK),  dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C.    Karakteristik Qiro’ati
a.       Visi Qiraati
      Membudayakan Membaca al-Quran dengan Tartil
b.      Misi Qiraati
1)      Mengadakan pendidikan al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran dari segi bacaan yang tartil
2)      Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator
3)      Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran 
4)      Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran al-Quran
5)      Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif 
6)      Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih 
7)      Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh koordinator 
Menunjuk atau memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah. Memotivasi parakoordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari keridlaan-Nya.
Ciri-Ciri Qiraati 
1)      Tidak di dijual secara bebas
2)      Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3)      Kelas TKP/TPQ dalam disiplin yang sama.

D.    Tujuan Metode Qiro’ati
            Dengan adanya tashih bacaan Al-Q uran bagi calon pendidik Taman Kanak-kanak  Al-Q uran,  maka dapat disimpulkan tujuan metode qiroati, antara lain:
a.       Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Q uran dari segi bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b.      Menyebarluaskan Ilmu bacaan Al-Quran
Adapun Hadits Nabi yang menyebutkan:
Artinya:  Sesungguhnya  Al-Quran   itu  jamuan  Allah  SWT, pelajarilah   jamuan-Nya    itu      semampumu. (Muttafaqun Alaih)
c.       Memberi   peringatan         kembali   kepada         pendidik           ngaji     agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran.
d.      Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Quran. Dengan  adanya  tashih  diharapkan  hasil  dari  pendidikan  Al-Quran kualitasnya  akan  terjamin  dengan  baik  dan  akan  menjadikan  anak didik bukan hanya  sekedar bisa membaca Al-Quran  saja.

E.     Prinsip-prinsip Dasar Metode Qiro’ati
            Demi lebih efektif dan efisiennya metode Qiroati, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh ustadz/dzah dan santri adalah:
a.       Prinsip yang harus dipegang oleh guru
1)      Daktun (tidak boleh menuntun)
            Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok  pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2)      Tiwagas  (teliti, waspada dan tegas)
            Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan  sampai ada yang salah walaupun sepele.
            Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati ke hati.
            Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, ragu-ragu atau pun segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif.
b.      Prinsip yang harus dipegang oleh santri
1)       CBSA+M : Cara  Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tetntang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, monivator dan evaluator saja.
            Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.
2)       LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
            Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulang-ulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
F.     Kelebihan dan kelemahan Metode Qiro’ati
Adapun kelebihan dari metode Qiroati antara lain:
a.       Sebelum   mengajar      metode            qiroati   para   pendidik           harus    di tashih terlebih  dahulu  karena  buku  qiroati  ini  tidak  diperjual  belikan  dan hanya untuk  kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
b.      Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
c.       Dalam metode ini terdapat prinsip  untuk pendidik  dan anak didik.
d.      Setelah ngaji     qiroati            anak    didik    menulis bacaan yang     sudah dibacanya.
e.       Pada metode ini setelah hatam 6  jilid meneruskan lagi bacaan-bacaan ghorib.
f.       Dalam   mengajar         metode            ini   menggunakan         ketukan,           jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek.
g.      Jika  anak  didik  sudah  lulus  6  jilid  beserta  ghoribnya,  maka  ditest bacaannya  kemudian setelah itu anak didik mendapatkan syahadah.
G.    Metode Penyampaian Qiro’ati
a.      Kunci-kunci Pengajaran Metode Qiro’ati
i)   Praktis 
                  Artinya : langsung (tidak dieja) Contoh :   َب َأ  baca,  A-BA (bukan Alif fatha A, Ba fatha BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
ii) Sederhana
                  Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif. Cukup katakan : Perhatikan ini !     َب  Bunyinya 
= BA
                  Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”, contohnya seperti : ﻩـ -  ـﻩـ  /  َم     م 
                  Cukup katakan :  semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja !
iii)  Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
                  Mengajar Qiroati tiudak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit sal benar,  jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu sendiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.
iv)  Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
                  Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena seara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula.
                  Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.
v)  Tidak Menuntun Untuk Membaca
                  Seorang guru  cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada.
                   Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
vi)  Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
                  Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti.Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mnegajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau
tidaknya guru mendengar anak baca salah.
vii)  Driil (bisa karena biasa)
                  Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan
                  Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya.
                  Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.
viii)  Strategi mengajar secara umum (global)
1.      Individual atau privat
      Santri bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan kemampuannya
2.      Klasikal-individual
                  sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman. Dan sebagian lagi untuk individual
3.      Klasikal baca simak
                  Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimakk bacaan Al-Qur’an orang lain.
ix)  Strategi mengajar secara khusus (detail)
                  Agar kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat  sebagai berikut :
1.      Guru harus menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
2.      Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian,  bacaan sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
3.      Usahakan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
4.      Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada.
5.      Perhatian guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya.
6.      Penghayatan  terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
7.      Motivasi berupa himbauan dan  pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
8.      Guru senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas.
9.      Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
10.  Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a.       Pra Taman Kanak-kanak  : 10 anak
b.      Jilid    : 15 anak
c.       Jilid II – Al-Qur’an  : 20 anak
 Masing-masing dengan seorang guru.
11.  Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat-alat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa, Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan lain-lain.
b.      Pokok-pokok Pelajaran Qiro’ati
  Jilid I
Hal.  Pokok Pelajaran
Ø  1-28  Pengenalan baca  َي -  َا dengan dua atau tiga kelompok huruf, cara  bacanya cepat dan tepat, tidak boleh panjang, lambat atau putus.
Ø  31  Ini ث َت َبَ   ini juga َﺚ َﺘ َﺑ
Ø  32  Ini َج ini juga ـَﺟ
Ø  33  Iniَس  ini juga  ـَﺳ, ini ـَﺷ 
Ø  34  Ini  َصini juga  ـَﺻ , Ini ـَﺿ 
Ø  35   Ini َع ini juga  ـَﻋ , ini  ـَﻏ 
Ø  Ini َل َ  ع َج ini juga َﻞ َﻌ َﺟ, ini َغ َل َب ini juga َﻎ َﻠ َﺑ
Ø  36  Ini َك ini juga   ـَآ
Ø  37  Ini َن ini juga  ـَﻧ  
Ø  38  Ini َﻩ ini   ـَﻬـ  ini  َﻪ ـ ini jugaـَه   
Ø  49  Ini َء ini َأ ini ئـ  ini َؤ ini juga  َئ 
Ø  40  Ini َي Ini juga َ  يـ 
  Jilid II
Hal.  Pokok Pelajaran
1.      Coret diatas namanya Fathah bersuara A, coret  dibawah namanya kasroh bersuara I bukan e.
6.      Harokat seperti koma (ُ    )namanya dhummah bersuara u bukan o
11.  Coret dua diatas (    ً   )   namanya fathahtain atau fathah tanwin bersuara “an”
12.  Coret dua dibawah  ( ٍ     )   namanya kasrohtain atau kasroh tanwin bersuara “in” bukan “en”
16.  Harokat seperti koma berekor (ٌ      ) namanya dlummahtain atau dlummah tanwin bersuara “un” bukan “on”
20.  Ini ٌة ini    ٌﺔ ـ ini juga  ٌة
23.  Setiap fathah diikuti alif dibaca panjang
33.  Setiap fathah berdiri dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
36.  Setiap kasroh diikuti ya sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
40.  Setiap dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif
42.   ال  م    ال ر    ال  م ر     ال  م ص   namanya : huruf fawaatichus suwar.
  Jilid III 
Hal.  Pokok Pelajaran
1.      Setiap dlummah diikuti wawu sukun ada alif atau tidak ada alifnya dibaca sama panjangnya.
2.      Fathah berdiri, kasroh berdiri dan dlummah terbalik, dibaca sama panjangnya.
4.      Setiap lam sukun suaya ditekan membacanya.
6.      Setiap alif lam sukun dibaca seperti lam sukun.
10.  semua huruf bersukun supaya ditekan membacanya.
18.  Dihalaman ini  fawaatichus suwar dibaca sesuai huruf aslinya (belum bertajwid)
19.  Dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang bersuarau “uu” fathah diikuti wawu sukun dibaca pendek bersuara “AU” bukan AO
25.  Baca  ْم (mim sukun) Am Im Um,  ْس (sin sukun) As Is Us, dan seterusnya.
26.  Setiap membaca “Alif Lam Sukun Alif Fathah” supaya berhati-hati.
27.  Fathah diikuti wawu sukun dibaca pendek, bersuara AU” bukan AO
30.  Fathah diikuti ya sukun juga dibaca pendek bersuara “AI” bukan AE
31.  Ra sukun didahului fathah atau dlummah dibaca tebal (mecucu) Ra sukun didahului kasrah dibaca tipis (mencibir).
35.  Setiap membaca hamzah sukun – ‘Ain sukun supaya berhati-hati.
37.  bawah garis dibaca seperti halaman 25
  JILID IV
Hal.   Pokok Pelajaran
1.      Setiap nun sukun harus dibaca dengung
3.      Cara membaca fawaatichus suwar ada empat :
~ Dibaca sesuai huruf aslinya
~ Dibaca menurut tajwidnya
~ Dibaca menurut hrokatnya
~ Dibaca tanpa pputus suaranya
5.      Setiap tanwin harus dibaca dengung seperti dengungnya nun sukun.
7.      Setiap ada tanda layar diatas, supaya dibaca panjang 21/2 alif atau lima harokat.
12.  Setiap nun bertasydid harus dibaca dengung yang lama
13.  Setiap mim bertasydid harus dibaca dengung yang lama
19.  Setiap huruf bertasydid selain mim dan nun membacanya harus ditekan
23.  Setiap Alif Lam di ikuti huruf bertasydid, maka alif lamnya tidak dibaca.
25.  Dlummah diikuti wawu tak bersukun dibaca pendek
30.  Semua mim sukun dibaca jelas, kecuali mim sukun bertemu dengan mim harus dibaca dengung yang lama.
32.  Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan hruf mum, suaranya berubah menjadi mim sukun, dan dibaca dengung yang lama disertai bibir terkatub.
36.  Setiap nun sukun / tanwin bertemu lam suaranya ditukar dengan lam sukun dan tidak boleh dibaca dengung.
39.  Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ra, suaraya ditukar dengan Ra sukun dan tidak boleh dibaca dengung.
  Jilid V
    Hal.   Pokok Pelajaran
1.      Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf wawu, suaranya masuk ke huruf wawu dan dibaca dengung.
2.      Setiap kalimat yang diwaqofkan, huruf terahirnya dibaca mati.
5.      Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengn huruf Ya, suaranya masuk kehuruf Ya dan dibaca dengung.
6.      Setiap fathahtain atau fathah berdiriwaqofnya dibaca fathah dan panjang 1 alif.
8.      Lafadz Allah didahului kasroh dibaca tarqiq atau tipis Lafadz Allah didahului fathah atau dlummah dibaca tafhim atau tebal
11.  Sebelum huruf terahir dibaca panjang waqofnya dibaca panjang1, 2 atau 3 alif Sebelumhuruf terahir di baca pendek waqofnya dibaca pendek.
12.  Nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf Ba, suaranya berubah menjadi mim sukun dan dibaca dengung disertai bibir terkatub.
14.  Mim sukun tidak boleh dibaca dengung kecuali mim sukun bertemu dengan huruf Ba, harus dibaca dengung yang lama.
16.  Setiap Ba sukun, Dal sukun harus dibaca qolqolah atau memantul.
18.  Setiap jam sukunharus dibaca qolqolqh atau memantul
23.  Ta Marbuthoh berkharaokat apa saja, jika diwaqofkan suaranya berubah menjadi Ha sukun.
24.  Setiap Qof sukun harus di baca qolqolah atau memantul.
28.  Setiap Tho sukun harus dibaca qolqolah atau memantul
34.   Setiap ada nun kecil diatas harus dibaca jelas tidak boleh dibaca dengung.
38.  Setiap ada layar diatas bertyemu tasydid, supaya dibaca 3 alif / 6 harokat.
  Jilid VI
    Hal.   Pokok Pelajaran
1.      Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah tidak boleh dibaca dengung.
5.      Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha tidak boleh dibaca dengung
8.      Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho tidak boleh dibaca  dengung
12.  Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, Ain tidak boleh dibaca dengung
15.  Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin tidak boleh dibaca dengung
19.  Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin Ha tidak boleh dibaca dengung
22.  Setiap ada ILLA (الا), supaya dibaca washol (terus)  Semus tulisan ANA, Na-nya dibaca pendek.

c.       Cara Mengajar Qiroati 
a.       Qiroati Jilid I
·         Materi Pelajaran : 
1)      Bacaan huruf-huruf berkharakat fatkhah yang di baca secara langsung tanpa mengeja.
2)      Nama-nama huruf hijayyah; dari Alif s.d Ya
3)      Bacaan huruf berangkai dalam satu suku kata secara lancar
·         Cara mengajar :
1)      Cara mengajar halaman 1 s.d 30 adalah sama. Dibaca langsung      ا  ب, tanpa mengeja. Membacanya dengan cepat, tidak putus-putus. Agar siswa cepat dan lancar dalam membaca, guru bisa membantu dengan irama ketukan. Sekiranya para siswa belum  lancer atau belum faham, dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
Langkah pertama : Memberi contoh bacaan    ا ب, menunjuk bacaan huruf satu persatu mulai dari    ا yang mudah dahulu, kemudian  بselanjutnya    ا  ب secara acak, begitu pula untuk bacaan huruf-huruf yang lain s.d  ي, jika perlu.
Langkah kedua : Jika siswa sudah memahami masing-masing huruf, maka siswa di suruh mencoba membaca rangkaian dua huruf dan agar lancar membaca bantulah dengan ketukan.
Langkah ke tiga : Jika siswa sudah lancer membaca dua rangkaian , maka selanjutnya siswa diperkenankan mencoba membaca rangkaian tiga huruf. Sekali lagi bantulah dengan ketukan.
2)      Pelajaran didalam kotak, baris paling bawah pada setiap halaman adalah termasuk yang harus dibaca oleh siswa, yakni pelajaran nama-nama huruf hijayyah. Cara mengajarnya ialah dengan membaca secara berkelompok. Setelah memahami baru kemudian secara acak ditunjuk satu persatu huruf tersebut.
3)      Cara mengajar dari halaman 31 s.d 40 adalah sama, yakni membaca huruf-huruf yang disambung. Siswa diminta agar memperhatikan jumlah titik dan letak titiknya, serta memperhatikanbentuk tulisan hurufnya
4)      Pada halam 44 siswa harus lancer membaca dalam rangkaian kalimat yang terdiri dari tiga suku kata.
b.      Qiroati Jilid II
·         Materi Pelajaran
1)      Membaca huruf-hurf hijayyah berkharakat : kasroh, dhommah, tanwin (fatkhah, kasroh, dhommah).
2)      Pengenalan nama-nama kharokt dan engka arab.
3)      Bacaan mad (panjang), yakni mad thabi'I (panjang satu alif atau dua harokat).
·         Cara mengajar
1)      Cara mengajar Qiroati jilid 2 hampir sama dengan jilid satu, untuk bacaan-bacaa huruf berkharokat kasroh, dhommah dan tanwin, bias dibantu dengan ketukan irama yang cepat.
2)      Pada bacaan-bacaan mad (panjang), sebaikya boleh dibaca melebihi panjangnya 1 alif (tingkat bacaan tahqiq, biasa digunnakan dalam belajar mengajar) : hal ini untuk melatih dan membiasakan pada bacaan panjang.Pada bacaan ini guru harus lebih waspada dalam menyimak bacaan para siswanya.
c.       Qiroati  Jilid III
·         Materi Pelajaran :
1)      Bacaan mad thabii yang belium diajarkan di jilid 2.
2)      Bacaan huruf-huruf yang dimatikan (bertanda sukun), antara lain :   لdan bacaan  Al Qomariyah,   ر  م س   perbedaan ء   dengan ع    dan ف 
3)      Dengan mempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, berarti juga sekaligus menunjukkan makhorijil hurufnya. Selain huruf-huruf sukun yang tersebut di atas, pada beberapa halaman latihan oleh penyusunnya juga diselipkan beberapa huruf sukun yang lain yang hamper sama (berdekatan) dengan huruf-huruf sukun di atas, seperti ت  ث  ح  ص  ش  :    dan   ك  .disini guru dituntut ketelitian dan kewaspadaannya.
4)      Bacaan hafu Lin   اي) dan   (ا و
·         Cara Mengajar
1)      Dalam mengajarkan bacaan huruf-huruf bertanda sukun, kita harus menjelaskan kepada siswa bahwa huruf-huruf bertanda sukun harus dibaca jelas dan ditekan membacanya. Dalam membacanya tidak boleh ada tawallud (suara tambahan. Berrbunyi "a" seperti ALLE, ASSE dsb) . atau melamakan bunyi huruf sukunnya. Seperti ALLL, ASSS, dst. Untuk menghindari buyi tawallud, bantulah dengan ketukan ketika membacanya.
2)      Untuk mengajarkan perbedaan suara dengan guru agar memberikan contoh secara benar berulang-ulang. Serta melatih da mengingatkan para siswa secara intensif dengan tepat. Demikian pula untuk makhorijul huruf.
3)      Dalam menerangkan dan memberi contoh bacaan harfu Lin  guru harus hati-hati, misalnya : لول dibaca LAULA (dengan bibir mecucu) bukan LAOLA dan dibaca dengan cepat, bukan panjang. ليل  dibaca LAILA Bukan LAELA dan dibaca dengan cepat.
d.      Qiroati Jilid IV
·         Materi Pelajaran :
1)      Bacaan-bacaan
2)      Makharijul huruf
a.       Ikhfa' haqiqi
b.      Mad wajib dan mad Jaiz (~)
c.       Ghunnah ( ن dan م dinaca dengung)
d.      Adzhar Syafawi dan Idghom Mitsli
e.       Idghom Bighunnah (untuk م dan  ن)
f.       Idghom Bilaghunnah (ل dan ر)  وٌا yang dbaca pendek. Huruf-huruf bertasydid selain  ن dan    م, serta bacaan Asy- Syamsyyah.
3)      Cara membaca huruf-huruf  "awalihus Suwar" (huruf-huruf diawal surat Al-Qur'an). Seperti الم . حم dan lain-lain.
·         Cara Mengajar :
1)      Dalam mengajarkan bacaan ikhfa' haqiqi, diterangkan bahwa selain  ٌ    ٍ    ً         ْن dibaca dengung (dengungnya ikhfa'). Guru agar berusaha memberikan contoh dengungnya bacaan ikhfa' dengan benar dan memperhatikan kepada para siswa. Di sini guru waspada melihat bibir dan lisan para siswanya terutama pada huruf : ص  ط ض ظ ف ق dan ك  .
2)      Dalam mengajarkan bacaan fawalihus suwar. Guru harus memberi contoh yang benar dan selalu mengingatkan mana yang harus dibaca dengung dan mana yang tidak boleh didengungkan.
3)      Dalam mengajarkan Mad Wajib dan Mad Jaiz, diterangkan bahwa setiap ada tanda   ~   Dibaca lebih panjang dari biasanya.
4)      Untuk mengajarkan bacaan ghunnah (dengung), kita terangkan bahwa setiap dan dibaca dengung yang lama. 
5)      Sedangkan untuk semua huruf bertasydid  selain ن  dan م  harus dibaca cepat dan ditekan membacanya; bias dibantu dengan satu ketukan. Demikian keterangan : setiap ada    ّ     (tanda tasdid)  الtidak dibaca.
6)      Pada pokok pelajaran    اولئكdietrangkan bahwa tidak ada tandanya jangan dibaca; dibaca pendek.
7)      Dalam mengajarkan bacaan Idzhar Syafawi dan Idzhom Mitsli, kita terangkan bahwa : setiap  ْم dibaca jelas (tidak berdengung), kecuali jika bertemu dengan  م  harus dibaca dengung.
8)      Untuk mengajarkan bacaan idhom bighunnah   (م)diterangkan setiap  ٌ   ٍ   ً      ْن bertemu dengan م   dibaca bibir "mingkem" (bibir mengatup) dengan dengung yang lama.
9)      Dan untuk menganajarkan bacaan Idgom Bilaghunnah     ل) perlu  ٌ   ٍ   ً     ْن     diterangkan bahwa  ٌ   ٍ   ً     ْن  bertemu    ل dan ر dibaca  ل dan  ر   (bertasydid) dengan cepat dan ditekan, jangan sampai dibaca terlalu lama.
e.       Qiroati Jilid V
·         Materi Pelajaran :
1)      Bacaan-bacaan : Idghom Bighunnah (untuk  و dan ي) Iqlab Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi Lafadz Allah  اللﻩ Qolqolah (beserta makharijul hurufnya) Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi Idzhar Halqi (dengan tanda ن) 
2)      Cara menghentikan bacaan (mewaqafkan bacaan), yakni : Waqaf Mad Aridh lissukun (waqaf panjang). Waqaf Pendek Waqaf Mad Thabi'I dan Waqaf Mad Iwadh Waqaf   ة (ta' marbuthoh)
3)      Makharijul huruf-huruf : ع ﻩ dan ث 
4)      Mulai halaman 34, para siswa dapat dilatih membaca surat-surat Al-Qur'an dan latihan membaca lancar Al-Qur'an Juz 27 terbitan Yayasan Pendidikan Al-Qur'an Roudlotul Mujawwidin Semarang.
·         Cara Mengajar :
1)      Mengajarkan bacaan Idzhom Bighunnah ٌ    ٍ    ً       ْن bertemu   و dibaca bibir "mecucu" ("monyong" bahasa Sunda) disertai dengaung yang lama. ٌ   ٍ   ً    ْن bertemu  ي dibaca bibir nyengingis, degang yang lama.
2)      Mengajarkan bacaan Iqlab ٌ    ٍ    ً       ْن  bertemu    ب dibaca bibir terkatup/bibir "mingkem", disertai dengan dengan yang lama.
3)      bacaan Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi : Setiap  م   dibaca jelas (tanpa dengung), kecuali jika bertemu  م   dan  ب, dibaca dengan lama.
4)      Untuk mengajarkan lafadz Allah perlu contoh dan latihan berulang-ulang secara seksama.
5)      Demikian juga dalam mengajarkan bacaan Qolqolah, guru perlu memberi contoh bacaan yang benar secara berulang-ulang, dan berusaha agar siswanya dapat membaca qolqolah secara baik dan benar.
6)      Dalam mengajarkan bacaan Mad Lazim Mutsaqol Kalimi, guru memberi contoh beberapa kali dengan menerangkan bahwa "jika ada tanda ~    bertemu dengan tsydid dibaca sangat pajang".
7)      Untuk bacaan Idzhar Halqi (adanya tanda   ن   ) kita jelaskan "setiap ada tanda  ن  " suara nun sukun / Tanwin dibaca dengan jelas (tanpa dengung). 
8)      Cara mengajar menghentikan bacaan (Waqaf) : Waqaf Mad Aridh Lissukun : jika huruf terakhir didahului       و  ا atau   ي, maka waqofnya dibaca panjang, bias juga jika sebelum huruf terakhir dibaca panjang, maka waqafnya dibaca panjang. Selain itu, maka waqafnya dibaca pendek. Waqaf Mad  'Iwadh : fatkhak panjang dan fatkhah tanwin waqofnya dibaca panjang 1 Alif..  ة (ta' marbuthaoh) waqofnya dibaca ﻩ
f.       Qiroati Jilid VI
·         Materi Pelajaran :
1)    Bacaan Idzhar Halqi
2)    Cara membacanya :    الا yang sebaiknya dibaca washal / dibaca terus ﻩا         ha panjang dibaca pendek. 3.  Mulai jilid 6 ini para siswa dapat dilatih membaca Al-Qur'an dari juz 1
·         Cara Mengajar :
1)    Mengajarkan bacaan idzhar halqi secara bertahab satu persatu kita sentuhkan dan kita terangkan bahwa "setiap nun sukun / tanwin jika beretemu huruf-huruf       غ ع خ ح (ء)  اdan   ﻩ" harus dibaca jelas tanpa dengung.
2)    Dalam mengajarkan bacaan  الا dan    انا guru perlu memberi contoh beberapa kali. Ketika latihan membaca mushhaf Al-Qur'an, para siswa mulai dilatih mengatur nafas dalam membaca Al-Qur'an, tanpa adanya tanaffus (mengambil nafas ditengah-tengah membaca); dengan cara mewaqafkan bacaan jika nafasnya tidak kuat, dan mengulang bacaan kembali ('ibtida').

Tidak ada komentar:

Posting Komentar